Laporan Kasus Appendisitis Akut
KASUS III
|
No. ID Peserta :
|
||||||||||||
|
Nama Peserta : dr. Edi Ikhsan
|
||||||||||||
|
No. ID Wahana :
|
||||||||||||
|
Nama Wahana :
RSUD Idi Rayeuk
|
||||||||||||
|
Topik :
Appendisitis Akut
|
||||||||||||
|
Tanggal Kasus : 21 Mei 2013
|
||||||||||||
|
Nama Pasien : Ny. S
|
No. Rekam Medis : 095207
|
|||||||||||
|
Tanggal Presentasi :
|
Nama Pendamping : dr. Dharma Widya,
dr. Syarifah Rina M
|
|||||||||||
|
Tempat Presentasi :
|
||||||||||||
|
Obyektif Presentasi :
|
||||||||||||
|
□ Keilmuan
□ Keterampilan
□ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka
|
||||||||||||
|
□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
|
||||||||||||
|
□ Neonatus
|
□ Bayi
|
□ Anak
|
□ Remaja
|
□ Dewasa
|
□ Lansia
|
□ Bumil
|
||||||
|
□ Deskripsi : Membahas manajemen
pada kasus PPOK eksaserbasi akut
|
||||||||||||
|
□ Tujuan : Mengetahui
prinsip penanganan sesak napas pada kasus PPOK
|
||||||||||||
|
Bahan Bahasan :
|
□ Tinjauan Pustaka
|
□ Riset
|
□ Kasus
|
□ Audit
|
||||||||
|
Cara Membahas :
|
□ Diskusi
|
□ Presentasi
dan Diskusi
|
□ E-mail
|
□ Pos
|
||||||||
|
DATA PASIEN
|
||||||||||||
|
Nama : Tn. AG
|
Umur : 45 tahun
|
No RM : 095207
|
||||||||||
|
Nama Klinik : RSUD Idi Rayeuk
|
Telp :
|
Terdaftar Sejak :
|
||||||||||
|
Data
Utama:
|
||||||||||||
|
||||||||||||
|
||||||||||||
|
||||||||||||
|
||||||||||||
|
||||||||||||
|
||||||||||||
|
||||||||||||
|
||||||||||||
|
TUJUAN PEMBELAJARAN
|
||||||||||||
|
1.
Gambaran Klinik Appenditits Akut
|
||||||||||||
|
2.
Diagnosis Banding
Appenditits Akut
|
||||||||||||
|
3.
Penilaian Appenditits Akut
|
||||||||||||
|
4.
Penatalaksanaan Appenditits Akut
|
||||||||||||
|
5.
Komorbiditas Appenditits Akut
|
||||||||||||
|
DAFTAR PUSTAKA
1.
De Jong, Wim. 2004.
Apendisitis Akut, dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi II. Hal 640- 645.
Jakarta: EGC.
2.
Mansjoer, Arif dkk. 2000. Apendisitis, dalam
Kapita Selekta Kedokteran, edisi III, jilid II. Hal 307-313. Jakarta: Media
Aesculapius.
3. Rudi
Ali Arsyad. 2006. Pemakaian Sistem Skor dalam Menegakkan Diagnosis Apendisitis
Akut pada Anak Usia 6-14 Tahun di Bagian Bedah Anak RS. DR. Sardjito Tahun
2004-2006. Diunduh dari http://arc.ugm.ac.id
4.
Modul Kepaniteraan Klinik Bedah.
Appendisitis Akut. Bagian Ilmu Bedah FK Unand. 2002.
|
||||||||||||
Rangkuman Hasil
Pembelajaran Portofolio:
• Keluhan Utama: Nyeri perut kanan bawah sejak 2 hari yang lalu.Awalnya nyeri dirasakan di
ulu hati lalu berpindah ke perut kanan bawah. Nyeri terasa semakin hebat
sejak 1 hari ini. Demam ada sejak 3 hari yang lalu, tidak tinggi, tidak menggigil,
tidak terus menerus, dan tidak berkeringat. Nafsu
makan berkurang semenjak sakit. Mual tidak
ada, muntah tidak ada. Riwayat sakit maag tidak ada. BAB tidak ada sejak 2 hari yang lalu. BAK tidak ada kelainan. Pasien sering mengkonsumsi
obat Antalgin bila sakit kepala atau sakit perut.
|
Pemeriksaan Fisik
·
Keadaan umum : tampak sakit sedang
·
Kesadaran : CMC
·
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
·
Nadi : 88x/menit
·
Frekuensi Nafas : 22
x/ menit
·
Suhu : 37,90 C
Status Internus
ü Kepala :
Tidak ada kelainan
ü Mata :
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
ü Kulit :
Turgor kulit baik
ü Thoraks
o Paru
Inspeksi :
Gerakan nafas simetris kiri dan kanan
Palpasi :
Fremitus kiri sama dengan kanan
Perkusi :
Sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
o Jantung
Inspeksi :
Iktus jantung tidak terlihat
Palpasi :
Iktus jantung teraba di linea midclavicula sinistra RIC V
Perkusi :
Batas jantung normal
Auskultasi : Bising tidak ada, bunyi jantung
tambahan tidak ada
ü Abdomen
Inspeksi :
Tidak tampak membuncit
Palpasi :
Hepar
dan lien tidak teraba, Nyeri tekan (+) di
titik
McBurney
dan
epigastrium, nyeri lepas (+), rovsing (+),
Psoas sign (+), obturator
sign (+), defans muskuler (-),
Tidak teraba massa di perut kanan bawah
Perkusi :
Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
ü Ekstremitas : Refilling
capiller baik
ü Rectal Toucher :
-
Anus : tenang
-
Sfingter : menjepit
-
Mukosa : licin
-
Ampula : tidak
teraba massa, nyeri pada arah jam 9 dan 11
-
Handschoen : darah (-), feses (+)
Laboratorium:
ü Hb
: 15,1 gr/dl
ü Leukosit
: 18.900/mm3
ü Trombosit :
270.000/mm3
ü Hematokrit :
51, 6%
ü CT : 4 ‘
ü BT : 2’
ü Ureum : 8 mg/dl
ü Kreatinin : 1,1 mg/dl
ü GDR : 112 mg/dl
ü Gol. Darah : A
ü Urinalisa :
-
Warna : kuning
-
Glukosa : normal
-
Protein : (+)
-
Reduksi : (-)
-
Bilirubbin : (-)
-
Urobilin : (-)
-
Sedimen : eritrosit (-),
leukosit (+), silinder (-), kristal (-), sel epitel (-)
|
|
3.
Assesment (penalaran
klinis) :
Definisi
Appendisitis
disebabkan karena adanya obstruksi pada lumen appendiks vermiformis, penyebab
sumbatan lumen yang paling sering adalah fecolit, diikuti hiperplasia
jaringan limfoid submukosa yang dikenal dengan gut associate limphoid tissue
(GALT), tumor, parasit usus
atau benda asing seperti biji buah-buahan atau bubur barium dari pemeriksaan
radiologi sebelumnya. Faktor lain yang sangat berperan dalam perjalanan
penyakit appendisitis akut adalah kuman dalam lumen appendiks. Kuman yang ada
dalam lumen apendiks sama dengan kuman yang ada di dalam kolon, seperti kuman
E.coli,
Klebsiella, Pseudomonas, Peptostrepcoccus, dll.
Setelah terjadi obstruksi lumen,
appendiks akan menyerupai suatu kantong tertutup yang disebut closed loop, di dalam lumen akan
terjadi penumpukan sekret appendiks dan pada saat bersamaan terjadi
perkembangbiakan kuman-kuman dalam lumen, yang mengakibatkan terjadinya
reaksi peradangan dan distensi appendiks. Distensi ini mengakibatkan
bendungan aliran limfe, aliran vena dan arteri, yang pada akhir proses
peradangan ini akan mengenai seluruh dinding appendiks.
Patogenesis
Pada tahap awal terjadinya reaksi
peradangan appendiks, yang mengalami iritasi baru mukosa dari appendiks
sehingga pada saat ini keluhan nyeri semata hanya akibat distensi dari
appendiks atau akibat kontraksi otot polos appendiks dalam usaha
menghilangkan sumbatan lumen tadi. Secara patologi stadium ini disebut stadium kataral atau akut fokal.
Jika reaksi peradangan telah sampai ke serosa disertai adanya proses supuratif
akibat ekspansi kuman ke dinding disebut appendisitis supurativa. Stadium
selanjutnya bila telah terdapat daerah yang mengalami gangren makan disebut appendisitis
akut stadium gangrenosa, yang jika tidak dilakukan pertolongan akan
menjadi appendisitis perforasi.
Perjalanan penyakit appendisitis akut
bisa terhenti pada stadium akut fokal, namun mukosa yang telah mengalami
iritasi akan menyisakan jaringan parut dalam proses penyembuhannya, sehingga
hal ini akan mengakibatkan keluhan nyeri sekitar pusar berulang, secara
patologi stadium ini disebut appendisitis kronis. Pada stadium
supuratif – gangrenosa atau mikroperforasi akibat adanya daya tahan tubuh
yang baik yang salah satu tandanya adanya proses pendindingan dari appendiks
yang meradang oleh omentum (walling off) makan akan terbentuk suatu
infiltrasi di kanan bawah yang disebut appendisitis infiltrat.
Manifestasi Klinis
Gejala utama pada apendisitis akut adalah nyeri
abdomen. Pada mulanya terjadi nyeri visceral, yaitu nyeri yang sifatnya
hilang timbul seperti kolik yang dirasakan di daerah umbilikus dengan sifat
nyeri ringan sampai berat. Hal tersebut timbul oleh karena apendiks dan usus
halus mempunyai persarafan yang sama, maka nyeri visceral itu akan dirasakan
mula-mula di daerah epigastrium dan periumbilikal. Secara klasik, nyeri di
daerah epigastrium akan terjadi beberapa jam (4-6 jam) seterusnya akan
menetap di kuadran kanan bawah dan pada keadaan tersebut sudah terjadi nyeri
somatik yang berarti sudah terjadi rangsangan pada peritoneum parietale
dengan sifat nyeri yang lebih tajam, terlokalisir serta nyeri akan lebih
hebat bila batuk ataupun berjalan kaki.
Hampir tujuh puluh
lima persen penderita disertai dengan vomitus akibat aktivasi N.vagus, namun
jarang berlanjut menjadi berat dan kebanyakan vomitus hanya sekali atau dua
kali. Penderita apendisitis juga mengeluh obstipasi sebelum datangnya
rasa nyeri dan beberapa penderita mengalami diare, hal tersebut timbul
biasanya pada letak apendiks pelvikal yang merangsang daerah rektum. Gejala
lain adalah demam yang tidak terlalu tinggi, yaitu suhu antara 37,50
– 38,50C tetapi bila suhu lebih tinggi, diduga telah terjadi
perforasi.
Pemeriksaan
Fisik
Pada palpasi
didapatkan titik nyeri tekan kuadran kanan bawah atau titik Mc Burney. Nyeri
lepas muncul karena rangsangan peritoneum, sementara rebound tenderness
(nyeri lepas tekan) adalah rasa nyeri yang hebat (dapat dengan melihat mimik
wajah) di abdomen kanan bawah saat tekanan secara tiba-tiba dilepaskan
setelah sebelumnya dilakukan penekanan yang perlahan dan dalam di titik Mc
Burney. Pada
apendisitis retrosekal atau retroileal diperlukan palpasi dalam untuk
menentukan adanya rasa nyeri. Dengan pemeriksaan Rectal Toucher akan
ditemukan nyeri tekan pada arah jam11. Pemeriksaan uji psoas dan uji
obturator merupakan pemeriksaan yang lebih ditujukan untuk mengetahui letak
apendiks. Rigiditas psoas dapat ditemukan bila appendiks letak retrocaecal, terutama
bila appendiks melekat pada otot psoas.
Pemeriksaan jumlah leukosit membantu
menegakkan diagnosis apendisitis akut. Pada kebannyakan kasus terdapat
leukositosis, terlebih pada kasus dengan komplikasi.
Diagnosis
Gejala
dan pemeriksaan fisik appendisitis bisa dinilai untuk menegakkan diagnosa
appendisitis dengan menggunakan Alvarado
Score.
Skor Alvarado
Semua penderita dengan suspek Appendicitis acuta dibuat
skor Alvarado dan diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu: skor <6 dan >6.
Selanjutnya dilakukan Appendectomy, setelah operasi dilakukan pemeriksaan PA
terhadap jaringan Appendix dan hasilnya diklasifikasikan menjadi 2 kelompok
yaitu: radang akut dan bukan radang akut.
Keterangan:
0-4 : kemungkinan
Appendicitis kecil
5-6 : bukan diagnosis
Appendicitis
7-8 : kemungkinan besar
Appendicitis
9-10 : hampir pasti
menderita Appendicitis
Bila skor 5-6 dianjurkan
untuk diobservasi di rumah sakit, bila skor >6 maka tindakan bedah
sebaiknya dilakukan.
Dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien pada kasus ini, dapat dilakukan
penilaian Alvarado score:
Migration
of pain :
1
Anorexia :
1
Nausea/vomiting :
-
RLQ
tenderness :
2
Rebound :
1
Elevated
temperatur :
1
Leukocytosis :
2
Left
shift :
-
Total
points :
8
Dari
penilaian Alvarado score dapat ditarik kesimpulan bahwa pasien ini
kemungkinan besar menderita Appendisitis akut.
Penatalaksanaan
Bila diagnosis appendisitis telah
ditegakkan, maka tindakan yang paling tepat adalah appendektomi dan merupakan
pilihan terbaik. Penundaan tindakan bedah sambil pemberian antibiotik dapat
mengakibatkan abses dan perforasi. Pada appendisitis yang diagnosisnya tidak
jelas sebaiknya dilakukan observasi, maka dianjurkan melakukan pemeriksaan
laboratorium dan ultrasonografi
Penatalaksanaan pasien yang dicurigai
Appendicitis :
-
Puasakan
-
Berikan
analgetik dan antiemetik jika diperlukan untuk mengurangi gejala.
Penelitian menunjukkan bahwa pemberian analgetik tidak akan menyamarkan gejala saat pemeriksaan fisik.
-
Pertimbangkan
KET terutama pada wanita usia reproduksi.
-
Berikan
antibiotika IV pada pasien dengan gejala sepsis dan yang membutuhkan
Laparotomy
-
Perawatan
appendicitis tanpa operasi
Penelitian menunjukkan pemberian antibiotika
intravena dapat berguna untuk Appendicitis acuta bagi mereka yang sulit
mendapat intervensi operasi (misalnya untuk pekerja di laut lepas), atau bagi
mereka yang memilki resiko tinggi untuk dilakukan operasi
-
Rujuk ke dokter spesialis
bedah.
-
Antibiotika preoperative
Pemberian antibiotika preoperative efektif
untuk menurunkan terjadinya infeksi post operasi. Diberikan antibiotika
broadspectrum dan juga untuk gram negative dan anaerob. Antibiotika preoperative diberikan dengan
order dari ahli bedah. Antibiotik profilaksis harus diberikan
sebelum operasi dimulai. Biasanya digunakan antibiotik kombinasi, seperti
Cefotaxime dan Clindamycin, atau Cefepime dan Metronidazole. Kombinasi ini
dipilih karena frekuensi bakteri yang terlibat, termasuk Escherichia coli,
Pseudomonas aeruginosa, Enterococcus, Streptococcus viridans, Klebsiella,
dan Bacteroides.
Prognosis
Kematian dari appendisitis di Amerika Serikat telah terus menurun
dari tingkat 9,9 per 100.000 pada tahun 1939, dengan 0,2 per 100.000 pada
1986. Diantara faktor-faktor yang bertanggung jawab adalah kemajuan dalam
anestesi, antibiotik, cairan intravena, dan produk darah. Faktor utama dalam
kematian adalah apakah pecah terjadi pengobatan sebelum bedah dan usia
pasien. Angka kematian keseluruhan untuk anestesi umum adalah 0,06%. Angka
kematian keseluruhan dalam apendisitis akut pecah adalah sekitar
3%-peningkatan 50 kali lipat. Tingkat kematian appendisitis perforasi pada
orang tua adalah sekitar 15% peningkatan lima kali lipat dari tingkat
keseluruhan.
|
Komentar
Posting Komentar