Laporan Kasus Cedera Kepala Berat
|
KASUS V
|
||||||||
|
Nama
Peserta : dr. Edi Ikhsan
|
||||||||
|
No. ID dan
Nama Wahana : RSUD
Idi Rayeuk
|
||||||||
|
Topik : Cedera Kepala Berat
|
||||||||
|
Tanggal (kasus) : 18 Mei 2013
|
||||||||
|
Nama Pasien : Tn.
M
|
No. RM: 095152
|
|||||||
|
Tanggal Presentasi :
|
Pendamping : dr.
Dharma Widya
dr. Syarifah Rina M
|
|||||||
|
Tempat Presentasi :
|
||||||||
|
Obyektif Presentasi :
|
||||||||
|
o Keilmuan o
Keterampilan o
Penyegaran o
Tinjauan Pustaka
|
||||||||
|
o Diagnostik o
Manajemen o
Masalah o
Istimewa
|
||||||||
|
o Neonatus o
Bayi o
Anak o
Remaja o Dewasa o
Lansia o
Bumil
|
||||||||
|
o Deskripsi : Laki
– laki, 30 tahun, riwayat kecelakaan lalu lintas, penurunan kesadaran, muntah
|
||||||||
|
o Tujuan : penanganan
kedaruratan pada pasien cedera kepala berat
|
||||||||
|
Bahan Bahasan :
|
o Tinjauan
Pustaka
|
o Riset
|
o Kasus
|
o Audit
|
||||
|
Cara Membahas:
|
o Diskusi
|
o Presentasi
dan Diskusi
|
o E-mail
|
o Pos
|
||||
|
Data Pasien :
|
Nama : Tn. M
|
No. Registrasi : 095152
|
||||||
|
Nama Klinik :
|
Telp
|
Terdaftar Sejak :
|
||||||
|
Data utama untuk bahan diskusi
|
||||||||
|
1. Diagnosis/Gambaran
Klinis: Cedera
Kepala Berat + Subgaleal hematoma
parietotemporal dextra
|
||||||||
|
2. Riwayat
Pengobatan: -
|
||||||||
|
3. Riwayat
Kesehatan/Penyakit: sering mengeluh riwayat
kecelakaan lalu lintas, penurunan kesadaran (GCS E2M4V2)
|
||||||||
|
4. Riwayat
Keluarga: -
|
||||||||
|
5. Riwayat
Pekerjaan: -
|
||||||||
|
6. Kondisi
Lingkungan Sosial dan Fisik:
|
||||||||
|
7. Lain-lain:
-
|
||||||||
|
Daftar Pustaka:
a.
Japardi, I., 2002, Cedera Kepala,
Jakarta, Bhuana Ilmu Populer
b.
Lindsay, KW., Bone, I., Callander, R.,
1997, Neurology and Neurosurgery Illustrated, 3rd Edition, London,
Churchill Livingstone
|
||||||||
|
Hasil Pembelajaran:
1. Penanganan kedaruratan pada Cedera
Kepala Berat
|
||||||||
|
2. Cara, sebab dan mekanisme kematian
pada cedera kepala berat
|
||||||||
RANGKUMAN
HASIL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO :
|
1. SUBYEKTIF:
Pasien
datang dengan keluhan tidak sadarkan diri setelah kecelakaan lalu lintas 30
menit yang lalu, muntah (+) , kejang (-)
|
|
2. OBYEKTIF:
Pada pemeriksaan fisik didapatkan laju
pernapasan 20 kali/menit, reguler dan kecepatan nadi 90 kali/menit. Didapatkan
penurunan kesadaran pada pasien, dengan nilai Glasgow Coma Scale yakni E2M4V2.
Ditemukan subgaleal hematoma yang luas di daerah parietotemporal dextra.
Tidak ditemukan luka robek, deformitas tulang tengkorak, maupun krepitasi
tulang tengkorak. Ditemukan dilatasi pupil bilateral dan tidak bereaksi
dengan cahaya. Tidak ditemukan perdarahan dari liang telinga maupun hidung. Tidak
ditemukan tanda raccoon eyes maupun battle sign. Tidak
ditemukan jejas maupun deformitas di daerah leher. Tidak ditemukan jejas
maupun deformitas di bagian lain di tubuh.
Pada kasus ini diagnosis Cedera Kepala
Berat ditegakkan dengan:
·
Anamnesis: riwayat kecelakaan lalu
lintas disertai penurunan kesadaran
·
Pemeriksaan fisik: penurunan kesadaran
dinilai dengan Glasgow Coma Scale (E2M4V2), dilatasi pupil bilateral
dan tidak bereaksi dengan cahaya
Diagnosis
ini semestinya didukung dengan pemeriksaan penunjang yakni CT scan kepala
untuk melihat lesi intrakranial yang terjadi pada pasien. Namun pemeriksaan
ini tidak dilakukan mengingat keterbatasan fasilitas di rumah sakit.
|
|
3. ASSESSMENT
(PENALARAN KLINIS):
Pasien dengan riwayat kecelakaan lalu
lintas merupakan salah satu penyebab terbesar dari kasus trauma (injury)
yang datang ke ruang gawat darurat. Pasien dengan riwayat kecelakaan lalu
lintas disertai dengan riwayat penurunan kesadaran perlu untuk dipikirkan
suatu cedera kepala. Benturan pada bagian kepala menyebabkan terganggunya
sistem ARAS (ascending
recular activating system) atau yang dikenal dengan formation retikularis. Jika keadaan ini
segera pulih (pasien segera sadar), maka diagnosis cedera kepala ringan
ditegakkan pada pasien. Namun jika kesadaran pasien tidak pulih atau
ditemukan tanda lain yang menunjukkan adanya lesi intrakranial maka
ditegakkan diagnosis Cedera Kepala Berat pada pasien. Pada kondisi ini perlu
dilakukan pemeriksaan penunjang yakni CT scan untuk melihat lesi intrakranial
pada pasien.
Pada
pasien, setelah sampai di IGD RSUD Idi, dilakukan tindakan basic life support yang meliputi airway, breathing, dan circulation. Airway
pada pasien ini diperoleh gurgling dan snowring, maka tindakan yang
dilakukan adalah pemasangan goodel dan
suction untuk pembebasan jalan
napas. Kemudian pada pasien ini dilakukan pemasangan oksigen mask 10L/menit. Breathing pada pasien ini clear dengan respiratory rate 20x/menit, pergerakan dinding dada simetris,
tidak ada retraksi, tidak ada pergerakan dinding dada yang tertinggal. Circulation pada pasien ini diperoleh
tekanan darah 100/70 mmHg, Nadi 92x/menit, cepat, regular, kuat angkat dan
akral hangat.
Pasien
ini datang dengan keadaan tidak sadarkan diri, maka selanjutnya dilakukan
pemasangan coolar neck untuk
proteksi servikal, dilakukan juga pemasangan intra venous line dengan cairan kristaloid serta pemasangan kateter urin untuk pemantauan urine output. Muntah pada pasien ini
dapat mengarah pada adanya tanda – tanda peningkatan tekanan intrakranial
maupun juga akibat adanya lesi intra kranial. Muntah yang merupakan tanda adanya peningkatan
tekanan intra kranial ini adalah muntah proyektil.
Setelah
pasien stabil di IGD, maka pasien dipindah rawat ke ruang intensive care unit dan dikonsul ke
dokter spesialis bedah. Adapun di ICU dilakukan pemantauan tanda – tanda
vital dan kontrol airway.
|
|
4. PLAN
:
Diangosis : Cedera
Kepala Berat + Subgaleal hematom parietotemporal dextra
Pengobatan :
Dilakukan
tindakan awal antara lain:
-
Menjaga patensi jalan napas:
pemasangan orofaringeal tube (goodle), penghisapan lendir seperlunya,
pemasangan Nasogastric tube untuk mencegah aspirasi cairan lambung
-
Pasien tirah baring dengan head up 30o
-
Menjaga pernapasan: pemberian O2
melalui kanul nasal dengan kecepatan 4 Liter/menit
-
Menjaga sirkulasi: pemasangan intravenous
fluid drip (IVFD) Ringer lactat 20x/menit.
-
Dilakukan pemasangan cervical
collar.
-
Pemberian obat-obatan, antara lain
injeksi Ceftriaxone (2x 1g) intravena, injeksi Citicholine (1ampul) intravena,
injeksi piracetam 12g/8jam.
-
Dipasang monitor jantung untuk
memantau detak jantung
-
Berhubung keterbatasan fasilitas dan
tenaga di rumah sakit, pasien sedianya dirujuk ke fasilitas yang lebih
lengkap untuk dilakukan penatalaksanaan secara paripurna.
Pendidikan : informed
concent
mengenai kondisi pasien.
Konsultasi : Spesialis
Bedah Saraf
Rujukan : rumah sakit rujukan
|
Komentar
Posting Komentar