Laporan Kasus Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
KASUS II
No. ID Peserta :
|
|||||||||||||
Nama Peserta : dr. Edi Ikhsan
|
|||||||||||||
No. ID Wahana :
|
|||||||||||||
Nama Wahana :
RSUD Idi Rayeuk
|
|||||||||||||
Topik :
Penyakit Paru Obstruktif Kronis
|
|||||||||||||
Tanggal Kasus : 8 Juli 2013
|
|||||||||||||
Nama Pasien : Tn. AG
|
No. Rekam Medis : 095384
|
||||||||||||
Tanggal Presentasi :
|
Nama Pendamping : dr. Dharma Widya
dr. Syarifah Rina M
|
||||||||||||
Tempat Presentasi :
|
|||||||||||||
Obyektif Presentasi :
|
|||||||||||||
□ Keilmuan
□ Keterampilan
□ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka
|
|||||||||||||
□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
|
|||||||||||||
□ Neonatus
|
□ Bayi
|
□ Anak
|
□ Remaja
|
□ Dewasa
|
□ Lansia
|
□ Bumil
|
|||||||
□ Deskripsi : Membahas manajemen
pada kasus PPOK eksaserbasi akut
|
|||||||||||||
□ Tujuan : Mengetahui
prinsip penanganan sesak napas pada kasus PPOK
|
|||||||||||||
Bahan Bahasan :
|
□ Tinjauan Pustaka
|
□ Riset
|
□ Kasus
|
□ Audit
|
|||||||||
Cara Membahas :
|
□ Diskusi
|
□ Presentasi
dan Diskusi
|
□ E-mail
|
□ Pos
|
|||||||||
DATA PASIEN
|
|||||||||||||
Nama : Tn. AG
|
Umur : 63 tahun
|
No RM : 095384
|
|||||||||||
Nama Klinik : RSUD Idi Rayeuk
|
Telp :
|
Terdaftar Sejak : 8 Juli 2013
|
|||||||||||
Data
Utama Untuk Bahan Diskusi:
|
|||||||||||||
Keluhan
utama: sesak napas
Pasien
datang dengan keluhan sesak napas, disertai batuk berdahak putih, tanpa panas
badan. Pasien merokok sejak remaja, kurang lebih 1-2 bungkus/hari. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan takipnea, pursed
lip breathing, retraksi interkostal dan epigastrium, serta wheezing pada kedua lapang paru.
Pada
hasil pemeriksaan darah ditemukan leukositosis.
Pada
hasil pemeriksaan foto X-Ray toraks ditemukan gambaran bronkitis kronis.
|
|||||||||||||
Daftar
Pustaka:
|
|||||||||||||
1.
Global Initiative
for Chronic Obstructive Lung Disease – Revised 2011.
|
|||||||||||||
2.
Kumar V, Abbas
AK, Fausto N, Aster JC, editors. Robbins and Cotran Pathologic Basis of
Disease. 7th ed. Philadelphia: Saunders; 2005.
|
|||||||||||||
Hasil
Pembelajaran:
|
|||||||||||||
1.
Definisi PPOK
|
|||||||||||||
2.
Faktor Risiko PPOK
|
|||||||||||||
3.
Patogenesis PPOK
|
|||||||||||||
4.
Gambaran Klinik PPOK
|
|||||||||||||
5.
Diagnosis Banding
PPOK
|
|||||||||||||
6.
Penilaian PPOK
|
|||||||||||||
7.
Penatalaksanaan
PPOK Stabil
|
|||||||||||||
8.
Penatalaksanaan Eksaserbasi
PPOK
|
|||||||||||||
9.
Komorbiditas PPOK
|
|||||||||||||
Rangkuman
Hasil Pembelajaran Portofolio:
1. Subyektif:
Keluhan Utama: sesak napas
Anamnesis Khusus:
Pasien datang dengan keluhan sesak napas yang semakin
memburuk sejak 1 hari SMRS. Keluhan disertai batuk berdahak putih, batuk
tidak berdarah. Pasien juga merasa lemas. Keluhan tidak disertai panas badan.
Keluhan serupa telah dialami pasien sejak 5 tahun SMRS, keluhan hilang
timbul, sesak timbul terutama saat beraktivitas fisik (naik tangga, dll).
Pasien merokok sejak remaja, kurang lebih 1-2 bungkus/hari. Riwayat
pengobatan OAT/6 bulan tidak ada. Riwayat asma, penyakit jantung, penyakit
ginjal, maupun kencing manis tidak ada.
|
||||||||||||||||||||||||||||||
2. Objektif:
Keadaan umum : tampak sakit sedang, sesak
Kesadaran : Kompos Mentis
Tanda-tanda vital :
v Tekanan
Darah : 130/90 mmHg
v Nadi : 92 x/menit,
regular, ekual, isi cukup
v Respirasi : 34 x/menit, regular,
abdominotorakal
v Suhu : 36,7 0C
Kulit : Tidak ada kelainan
Kepala : normosefal
Wajah : simetris
Mata :
konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung :
Pernafasan cuping hidung ( - )
Mulut :
pursed lip breathing ( + )
Telinga : Sekret -/-
Leher :
Pembesaran KGB (-), retraksi suprasternal (-)
Dada :
Bentuk dan gerak simetris, retraksi interkostal +/+
Paru :
VBS ↓/↓, ronkhi (-/-), wheezing (+/+)
Jantung :
Bunyi jantung reguler; S1, S2 (+); murmur (-)
Abdomen : supel,
retraksi epigastrium (+)
Bising
Usus (+) normal
Hepar / lien tidak teraba
Ekstremitas : Akral
hangat, Capillary refill time < 2”
Edema dorsum pedis
(-/-), edema pretibial (-/-)
Laboratorium
Foto Thoraks:
Pulmo: tampak penambahan corakan bronkovaskular
membentuk pola retikular dengan gambaran cuffing
sign.
Kesan: Bronkitis Kronis.
|
||||||||||||||||||||||||||||||
3. Assessment
:
Berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang maka diagnosis pasien ini adalah
penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) eksaserbasi akut.
Pada anamnesis, didapatkan pasien sesak napas yang semakin berat sejak
1 hari SMRS, disertai batuk berdahak. Keluhan ini telah dialami pasien sejak
5 tahun terakhir, hilang timbul tanpa disertai panas badan. Pasien memiliki
riwayat merokok yang sangat lama. Hal ini mengarah pada gambaran penyakit
paru obstruktif kronis.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan takipnea, pursed lip breathing, retraksi interkostal dan epigastrium yang
mendukung anamnesis bahwa pasien mengalami sesak napas. Selain itu pada
auskultasi ditemukan wheezing pada
kedua lapang paru yang mendukung adanya penyempitan saluran napas.
Hasil laboratorium menunjukkan leukositosis yang mendukung terjadinya
peradangan. Sedangkan pada foto X-Ray toraks ditemukan
gambaran bronkitis kronis yang merupakan salah satu bentuk PPOK.
|
||||||||||||||||||||||||||||||
4. Plan
:
-
O2 Mask 10 L/menit
-
Bolus aminofilin 5 cc + D5%
5 cc IV pelan (selama 15 menit)
Selanjutnya IVFD D5% 20 gtt/i
-
Nebulisasi Combivent I-II-III
(berselang 20 menit)
-
Inj. Cefotaxim 1g/12 jam
-
Inj. Dexametason 1 amp/8 jam
-
Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam
-
Pasang kateter urin
|
Tinjauan Pustaka
DEFINISI
Penyakit
paru obstruktif kronis (PPOK) adalah keadaan terbatasnya aliran udara secara
persisten yang biasanya progresif dan terkait peningkatan respons inflamasi
kronis di saluran udara dan paru-paru pada partikel atau gas iritatif.
(Global Initiative for Chronic
Obstructive Lung Disease – Revised 2011)
FAKTOR RISIKO
Faktor
risiko genetik yang telah ditemukan adalah defisiensi bawaan alpha-1
antitripsin. Faktor risiko lainnya:
·
Merokok
tembakau
·
Polusi
udara dalam ruangan, biasanya dari bahan bakar biomasa untuk memasak dan
pemanas di ruangan yang kurang ventilasi
·
Zat
kimia dan debu okupasional (uap, iritan, asap)
·
Polusi
udara luar ikut berkontribusi, namun dengan kontribusi yang lebih sedikit pada
PPOK
PATOGENESIS
GAMBARAN KLINIK
PPOK
biasanya terjadi pada usia >40 tahun.
Gejala-gejala
PPOK:
·
Sesak
napas, yang bersifat:
-
progresif
-
bertambah
parah dengan aktifitas fisik
-
persisten
·
Batuk
kronis, mungkin hilang timbul dan mungkin juga kering
·
Produksi
sputum kronis
·
Riwayat
terpapar faktor risiko
·
Riwayat
PPOK pada keluarga
Pemeriksaan
penunjang:
·
Spirometri:
jika hasil FEV1/FVC < 0,70 setelah pemberian bronkodilator
menggambarkan keterbatasan aliran udara persisten (PPOK).
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis
|
Karakteristik
|
PPOK
|
Awitan pada
usia paruh baya.
Gejala progresif
perlahan.
Riwayat
merokok tembakau atau paparan pada asap
|
Asma
|
Awitan pada
usia dini (keseringan kanak-kanak).
Gejala sangat
bervariasi dari hari ke hari.
Gejala
memburuk pada malam/dini hari.
Adanya alergi,
rhinitis, dan/atau eczema.
Riwayat asma
pada keluarga.
|
Gagal Jantung
Kongestif
|
Foto X-ray
toraks menunjukkan jantung membesar, edema paru.
Tes fungsi
paru mengindikasikan restriksi volume, bukan keterbatasan aliran udara.
|
Bronkiektasis
|
Sputum purulen
dengan volume yang banyak.
Biasanya disertai
infeksi bakteri.
Foto X-Ray/CT
toraks menunjukkan dilasi bronkial, penebalan dinding bronkial.
|
Tuberkulosis
|
Awitan segala
usia.
X-ray toraks
menunjukkan infiltrat paru.
Konfirmasi
mikrobiologis.
Prevalensi
lokal yang tinggi akan tuberkulosis.
|
PENILAIAN PPOK
Spirometri dibutuhkan
untuk diagnosis klinis PPOK. Spirometri merupakan uji sederhana untuk mengukur
jumlah udara yang dapat dihembuskan, dan jumlah waktu yang diperlukan.
FVC (Forced Vital Capacity): volume udara
maksimum yang dapat diekshalasi pada manuver terkuat.
FEV1
(Forced Expired Volume in one second):
volume ekspirasi selama 1 detik pertama pada ekspirasi maksimal setelah
inspirasi maksimal.
FEV1/FVC:
indeks klinis yang berguna menyangkut keterbatasan aliran udara.
Ratio FEV1/FVC
adalah antara 0,70-0,80 pada orang dewasa normal. Nilai <0,70
mengindikasikan keterbatasan aliran udara (PPOK).
PENATALAKSANAAN PPOK STABIL
Non-farmakologis
·
Berhenti
merokok: hal yang paling menentukan perjalanan alami PPOK
-
konseling
-
terapi
penggantian nikotin (permen karet nikotin, inhaler, nasal spray, transdermal
patch, tablet sublingual, atau lozenge)
·
Pencegahan
paparan polutan okupasional
·
Kurangi
paparan polusi dalam ruangan (ventilasi dapur harus baik) dan luar ruangan
(kurangi keluar ruangan jika sedang polusi).
·
Rehabilitasi:
program latihan fisik esensial untuk pasien kelompok B, C, D. Program
rehabilitasi setidaknya selama 6 minggu agar efektif.
Farmakologis
·
Bronkodilator
·
Kortikosteroid
·
Inhibitor
phosphodiesterase-4
·
Methylxanthine
·
Antibiotik:
tidak direkomendasikan kecuali pada eksaserbasi akibat infeksi dan infeksi
bakteri lainnya
·
Mukolitik:
pasien dengan sputum kental
·
Vaksin
influenza (pneumococcal polysaccharide
vaccine)
·
Alpha-1
antitrypsin augmentation therapy: pada pasien dengan defisiensi alpha-1
antitrypsin
EKSASERBASI PPOK
Eksaserbasi PPOK
didefinisikan sebagai kejadian akut yang dicirikan dengan perburukan gejala
pernapasan pasien melebihi variasi normal hari ke hari dan mengakibatkan berubahnya
tatalaksana. (Global Initiative
for Chronic Obstructive Lung Disease – Revised 2011)
Penyebab
tersering dari eksaserbasi adalah infeksi saluran pernapasan (virus atau
bakteri). Adanya sputum purulen saat eksaserbasi merupakan indikasi untuk memulai
pemberian antibiotik empiris.
Pemeriksaan
penunjang:
·
Darah
Perifer Lengkap: dapat terjadi polisitemia atau perdarahan
·
Tes
kimia darah: melihat adanya ketidakseimbangan elektrolit, diabetes
·
Analisis
gas darah: melihat adanya gagal napas
·
EKG:
melihat komorbiditas jantung
·
Foto
X-Ray dada: menyingkirkan diagnosis banding
Spirometri
tidak direkomendasikan saat eksaserbasi karena sulit dilakukan dan hasilnya
kurang akurat.
Penatalaksanaan:
·
Oksigen
·
Bronkodilator:
inhalasi short-acting beta2-agonist
dengan atau tanpa short-acting
anticholinergics
·
Kortikosteroid
sistemik: 30-40 mg prednisolon per hari selama 10-14 hari
·
Antibiotik
pada pasien dengan:
-
peningkatan
sesak
-
peningkatan
volume sputum
-
peningkatan
purulensi sputum
·
Terapi
suportif: sesuai kondisi klinis pasien. Keseimbangan cairan, nutrisi cukup,
berhenti merokok, pengobatan komorbiditas.
·
Rawat
inap, indikasi:
-
peningkatan
intensitas gejala secara jelas
-
penderita
PPOK berat
-
Awitan
gejala/tanda baru
-
Eksaserbasi
tidak membaik dengan penatalaksanaan medis awal
-
Adanya
komorbiditas yang berat
-
Eksaserbasi
sering
-
Usia
lanjut
-
Dukungan
rumah/keluarga tidak cukup
KOMORBIDITAS PPOK
Penderita
PPOK sering mengalami komorbiditas dengan:
·
Penyakit
kadriovaskular (penyakit jantung iskemik, gagal jantung, fibrilasi atrium, dan
hipertensi)
·
Osteoporosis
dan ansietas/depresi
·
Kanker
paru-paru
·
Infeksi
paru-paru
·
Sindroma
metabolik dan diabetes
Komentar
Posting Komentar